Sengaja tidur cepat untuk menungguh partai puncak yang tersaji antara dua negara dengan tradisi sepakbola yang sudah tidak diragukan lagi, jarum jam menunjukkan jam 01.00 WIB alarm berbunyi, tanpa pikir panjang langsung beranjak kedepan telivisi yang memang sudah saya on-kan sejak awal.
Belum lama berselang setelah wasit meniup peluit tanda dimulainya pertandingan, tepatnya dimenit 14 Italia sudah kebobolan 1 gol lewat tandukan Silva lewat umpan Fabregas. Berharap gol dari Spanyol akan membangkitkan semangat Italia, tapi barisan depan Gli Azzuri yang dipercayakan kepada Cassano dan Balotelli begitu sulit menembus pertahanan Spanyol yang dikomandoi Sergio Ramos.
Lagi-lagi lewat serangan balik mematikan, tim Matador kembali menambah pundi-punci golnya, umpan matang Xavi Hernandez dimenit 41 dimanfaat betul oleh pemain sayap kiri Jordi Alba untuk menceploskan gol kejala Buffon, ketinggalan 2 gol dari tim sekelas Spanyol bukan hanya mudah untuk membalikkan keadaan.
Untuk mengejar ketinggalan, De Natale masuk sejak menit pertama babak kedua menggantikan Cassano, tidak ada pilihan yang tepat untuk Gli Azzuri kecuali bermain lebih defensive. Strategi tersebut tentu dipakai karena Italia dalam posisi tertinggal 2 gol.
Dengan kelebihan yang dimilki skuadnya, mata pelatih Vicente del Bosque belum berpaling kebangku cadangan tanda ingin mengganti pemain.
Sementara Casare Prandelli mengganti amunisi baru dengan memasukkan Motta yang menggantikan Montolivo, tetapi perjudian Casare Prandelli yang memasukkan Motta yang belum fit berbuah petakah, hanya beberapa menit masuk kelapangan, cidera kambuhan Motta kembali datang, dan dinyatakan tidak bisa melanjutkan pertarungan dilapangan, sementara kuota pergantian pemain Italia sudah habis, terpaksa dalam posisi tertinggal 2 gol Italia harus bertarung dengan 10 pemain melawan 11 pemain dari sekumpulan seniman lapangan tim Matador.
Dengan jeli Vicente del Bosque memasukkan Torres untuk menambah daya gedor, adalah Fabregas yang digantinya, Torres pun menjawabnya dengan 1 gol cantik untuk manambah keunggulan Spanyol menjadi 3-0, dan 1 gol Juan Mata yang masuk mendekati akhir waktu normal melengkapi kedigjayaan Spanyol.
***
Pada partai puncak ini roh Barcelona benar-benar melular kepada timnas Spanyol, Italia yang begitu perkasa di semifinal menyingkirkan Jerman dibuat tak berkutik.
Harapannya partai puncak antara Spanyol melawan Italia ini akan berlangsung seru dan ketat, prediksi itu terasa wajar bila berkumandang, adalah partai pertama penyisihan grup antara kedua tim yang berakhir 1-1, ketika itu jual beli serangan silih berganti terjadi. Spanyol yang terkenal dengan permainan pendek merapatnya dibuat kalang kabut oleh strategi Italia yang tidak kenal lelah meladeni Spanyol.
Partai-partai sebelumnya dari babak penyisihan grup sampai semifinal, ciri khas Spanyol yang mengandalkan umpan pendek merakat belum kembali seperti semula. Tetapi pada partai puncak ini, dengan jumawa Xavi Hernandez dkk dengan jumawa menggelontorkan 4 gol tanpa bisa dibalas Italia.
Pelatih Vicente del Bosque tetap menurunkan pemain sama ketika beradu di penyisihan grup, babak pertama tetap dengan skema tanpa striker murni, Fabregas, Inesta, dan Silva tetap diposisikan sebagai striker bayangan. Italia-pun tak jauh berbeda, Pirlo tetap menjadi andalan pasukan Casare Prandelli untuk menjadi roh permainan Gli Azzuri, Cassano dan Balotelli tetap menjadi andalan untuk mencetak gol kegawang Calisas.
Tetapi yang membedakan partai kali ini, partai pertama dipenyisihan grup memberikan pelajaran penting bagi Spanyol, sementara Italia seperti antiklimaks.
Walau bagaimanapun, malam ini Spanyol memang sempurna, dan sangat layak untuk menjadi negara pertama kali yang bisa mempertahankan tropy Piala Eropa yang direbutnya tahun 2008 yang lalu, pun menjadikan skor kemenangan terbesar dalam sejarah final Piala Eropa
Salam
Sumber : Kompasiana.com
Komentar :
Post a Comment